Kamis, 30 Oktober 2008

Readmore »»

CerPen : Catatan Gadis Lumpuh

CATATAN GADIS LUMPUH

Gadis itu kini hanya dapat terbujur kaku diranjang. Parasit Toksoplasma telah menggerogoti kebebasannya di masa muda. Tak ada yang dapat dilakukannya lagi saat ini kecuali diam, diam, dan diam. Satu-satunya yang dapat dia lakukan sendiri adalah menggerakkan kelopak matanya, membuka dan menutup. Dia merupakan tanggungan orang tuanya saat ini yang akan terus menyayanginya sampai mungkin akhir hayatnya yang tak kan lama lagi datang menjemputnya. Membawanya ketempat yang sempit, gelap dan pengap. Dia akan sendirian disana, sepi tanpa teman, dan kedinginan.

Dia termasuk gadis yang sabar diusianya yang sudah tujuh belas tahun dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Dimana masa muda merupakan masa pemberontakan mereka pada peraturan orang tua yang mana mereka menganggap bahwa itu tak cocok lagi dengannya. Rasa ingin tahu mereka pada hal-hal baru tinggi sekali, terutama pada hal-hal yang dulunya dilarang orang tua mereka coba padahal pengalaman mereka belum cukup akan hal itu. Mereka menganggap bahwa mereka sudah bisa dikatakan dewasa. Narkoba dijajal, CD porno ditonton, perkelahian digalakkan, dan demo dimana-mana.

Semua itu tak akan kita dapatkan dari gadis kecil ini. Di kebebasannya yang singkat ini, hidupnya dia dedikasikan untuk bangsa ini. Banyak aktivitasnya sewaktu sehat yang berguna bagi bangsa Indonesia. Tapi tak banyak yang tahu akan hal itu. Hanya mereka yang pernah ditolong saja yang tahu akan hal itu. Disetiap harinya dia hanya menunjukkan diri bahwa dia sebagai gadis manis yang pendiam.

Namanya Anita Suryana Pribumi. Semua mangenalnya sebagai gadis manis yang pendiam. Tak banyak yang mengenalnya, begitupun sebaliknya yang dia kenal hanya sedikit orang. Maklumlah, aktivitasnya hanya berkisar di rumah, sekolah, dan rumah sakit. Penyakit Toksoplasma sudah dia derita sejak kecil bahkan masih dalam kandungan. Parasit Toksoplasma gondii masuk kedalam tubuhnya karena gen dari ibunya yang juga terkena parasit ini.Ibu Yuni terkena Toksoplasma dikarenakan gigitan serangga sewaktu menjalankan tugasnya sebagai dokter hewan.

Anita termasuk anak yang beruntung dalam hidupnya. Dia dapat selamat dari kematian saat kelahiran yang selalu mengancam. Anak-anak lain yang juga terkena penyakit yang sama langsung mati begitu lahir, ada juga yang langsung meninggal saat masih dikandungan sedang yang lain meninggal karena kelahiran yang dini. Anita berbeda dia masih dapat selamat saat kelahiran. Sebelumnya dokter telah memprediksi bahwa kemungkinan selamatnya hanya 10%, tapi kedua orang tuanya tak mau menyerah pada takdir yang ada. Mereka berdoa pagi dan siang kepada sang pencipta untuk mohon keselamatan atas anaknya. Tak hanya itu mereka tak henti-hantinya bersedekah kepada orang yang kurang mampu, dengan banyak yang mendoakan pasti akan lebih mudah dikabulkan begitulah yang mereka pikirkan. Harapanpun terkabul, bayi itu lahir hidup meskipun kondisinya memprihatinkan. Itulah sebabnya mengapa bayi itu diberi nama Suryana Pribumi setelah nama Anita dengan alasan agar bayi itu dapat terus bersinar seperti mentari yang menyinari bumi di usianya yang tak akan panjang.

Beberapa bulan yang lalu..............................

Keadaan sekolah sudah mulai ramai, maklum anak-anak sudah pada pulang. Di kelas XI IPA 2 masih terlihat dua anak didalamnya. Meta sedang menunggu Anita yang sedang beres-beres bukunya yang tersebar di laci mejanya.

“ Ayo kita berangkat sekarang nanti mereka lama menunggu lagi. Hari inikan kita pulangnya agak siang...,” ajak Anita begitu ‘tugasnya’ selesai.

Meta beranjak dari duduknya,”Yuk.”

Mereka berdua berjalan beriringan menuju arah gerbang dan hilang dibalik bus yang lewat karena mereka naik ke atasnya.

Panti asuhan Tri Bakti.........................................................

Anak-anak panti langsung menyambut kedatangan Meta dan Anita begitu mereka terlihat di depan gang. Yang disambut juga tak mau kalah hebohnya menyambut sambutan itu. Dengan penuh dramatisnya mereka berlari menyambut anak-anak panti itu. Ada apa ya mereka kesitu?

“Kak kok baru datang tow? Nina sudah gerjakan Prnya low......” kata anak yang menyebut namanya Nina.

“ Bener nih kamu sudah mengerjakan ?” canda Anita.

“ Suer.....” Nina tak mau kalah.

“ Percaya kok. Ayo semuanya kembali kepanti kita akan mulai pelajarannya,” ajak Meta.

Yup, Anita dan Meta datang kepanti ini untuk urusan kemanusiaan. Mereka mengajar dipanti ini dengan suka rela tanpa imbalan. Mereka ingin semua anak dapat membaca dan menulis meskipun itu anak panti. Mereka ingin mengurangi kebodohan.

Semua anak berlarian. Mereka berlomba untuk duluan sampai di panti mencari tempat duduk untuk belajar. Anita tersenyum melihat hal itu.

“ Kenapa kau tersenyum?”tanya Meta mengagetkan Anita.

“ Aku senang melihat senyum yang berkembang dari bibir-bibir kecil mereka,” jawab Anita menerawang jauh. “ Aku senang di hidupku yang tak akan lama lagi ini ada gunanya untuk negeri.”

“ Nita jangan melow dong, aku turut sedih mengingat hal itu akan terjadi padamu.”

“ Aku sudah siap akan hal itu, jadi tak perlu sedih lagi.”

Meta diam dengan pikirannya. Anitra juga diam dengan semua pikirannya juga. Mereka berjalan beriringan ke panti untuk mengajar.

“ Ka ayo.......” Kelvin berteriak dari dalam panti membuat mereka mempercepat langkah.

“ Yaaaaaa.....”

Anak-anak Panti Asuhan Tri Bakti memang mempunyai semangat belajar yang tinggi. Buktinya mereka mendengarkan setiap yang diajarkan Anita dan Meta dengan serius. Mereka juga aktif bertanya bila ada pelajaran yang belum dimengerti. Dengan begitu maka suasana belajar mengajar pun jadi menyenangkan.

Tak terasa hari sudah menjelang sore. Pelajaran pun sudah usai. Dadan menghampiri Anisa dan Meta yang lagi beres-beres.

“ Kak Nita dan kak Meta di panggil Bu Sita,” kata Dadan.

“ Ada apa ya Dan?” tanya Meta kemudian.

“ Gag tau.”

“ Ya dah kalau begitu. Sebentar lagi kami ke sana.”

Dadan berlari keluar ruangan yang dijadikan kelas. Anita dan Meta melanjutkan lagi beres-beresnya. Begitu selesai mereka langsung menuju ruangan bu Sita-Kepala pengurus panti- yang ada di bagian depan panti.

Ruangan Kepala Panti..................................................

DOK, DOK, DOK, DOK !!!!!!!

“ Masuk, “ suruh suara dari dalam ruangan Kepala Panti.

Pintu dibuka pelan-pelan. Dua kepala langsung nongol dari balik pintu.” Masuk nit dan kamu juga Meta.”

Meta menutup pintu yang ada dibelakangnya. Mereka berdua duduk kursi depan meja Bu Sita. Bu Sita langsung menghentikan aktivitasnya menulis sesuatu. Ditatapnya kedua anak muda didepannya ini.

Bu Sita melepas kaca mata bacanya,” Terima kasih kalian mau keruangan saya dulu sebelum pulang. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada kalian berdua.”

Anita dan Meta mendengarkan baik-baik apa yang akan dikatakan oleh Bu Sita.” Gimana ya memulainya......e....begini, saya mau berterima kasih pada kalian yang telah dengan iklas mau mengajar anak-anak di sini dengan iklas dan tanpa pamrih.”

“ Tidak apa-apa kok Bu hitung-hitung amal.”

“ Nah itu yang akan Ibu bicarakan pada kalian sekarang. Ibu mau kalian berhenti untuk mengajar lagi mulai besok. Kalian maukan?”

Perkataan bu Sita bagai petir di hari yang cerah buat Anita dan Meta. Mereka tak menyangka Bu Sita akan berbicara begitu. “ Apa kami melakukan kesalahan Bu?”

“ Tidak kalian jangan salah sangka pada ibu. Semua itu ibu lakukan karena.......”Bu Sita mulai kelihatan murung. Air mata menetes dari kelopak matanya. “ Karena panti ini akan digusur tak lama lagi. Jadi kami pasti tak akan ada disini lagi.”

“Apa Bu digusur?” tanya Anita tak percaya dengan apa yang didengarnya. Bu Sita mengangguk sebagai tanggapan atas pertanyaan Anita.

“ Kenapa Ibu tak mempertahankan panti ini bu? Trus adik-adik nanti dipindah kemana?” tanya Meta.

“ Sudah ibu lakukan. Segala cara telah ibu lakukan demi panti ini. Termasuk memohon-mohon pada penggusur. Tapi mereka tak menanggapi semua permintaan Ibu. Mereka malah mengusir Ibu.”

“ Kami tak akan meninggalkan panti ini bu. Kami akan ikut membela. Kita akan demo saat para penggusur itu datang. Nita yakin kita akan mendapatkan panti ini lagi, Bu. Kita tak sendiri. Ada tuhan yang akan mendatangkan keajaiban buat kita. Kita harus yakin akan hal itu. Kita harus banyak berdoa,” ucap Anita menggebu-gebu.

“ Iya Bu setuju. Kita tak akan pergi begitu saja. Kita akan ikut membantu mempertahankan panti ini meskipun tak terlalu besar,” tambah Meta.

Bu Sita semakin deras melehkan air mata. Beliau terharu pada semangat kedua anak muda yang ada dihadapannya.

“ Bolehkan Bu kami ikut membantu?” tanya Anita.

“ Boleh kalau kalian mau melakukannya, Ibu malah senang masih ada yang mau peduli pada kami,” sahut Bu Sita.

Anita dan Meta meninggalkan ruangan Bu Sita tak lama kemudian. Dalam pikiran mereka masih tersimpan sedikit ketakutan mengenai hal yang akan terjadi besok. Menurut Bu Sita besoklah hari penggusuran panti ini.

Keesokan harinya..............................................................

Hari yang dinantikan tiba. Hari ini hari penggusuran panti asuhan Tri Bakti. Semua anak-anak panti kelihatan murung. Tak ada lagi sentum bahagia mengembang dari bibir kecil mereka. Mereka tak mau pisah dengan panti ini. Ini sudah dianggap seperti rumah sendiri buat mereka.

Anita dan Meta sudah ada di panti sejak tadi. Mereka sibuk memberi semangat pada anak-anak panti. Selain itu mereka juga sibuk menghentikan tangis anak-anak panti yang mulai menangis memikirkan nasib mereka selanjutnya.

Suara mesin berat terdengar dari kejauhan menuju arah panti. Tangis anak-anak ini semakin keras. Menimbulkan pilu bagi siapa saja yang mendengarnya.

“ JANGAN HANCURKAN PANTI INI. INI RUMAH KAMI,” Rendra berlari menuju jalan raya dimana alat-alat berat itu sudah mulai kelihatan.

Tangis semakin keras terdengar. Semuanya mulai mengikuti Rendra berlari mencoba menghentikan alat berat itu menghancurkan panti, meskipun itu akan sia-sia saja.

“ JANGAN HANCURKAN PANTI KAMI.”

“ KAMI MAU TINGGAL DIMANA?”

“ TOLONGLAH JANGAN DIHANCURKAN.”

“ INI RUMAH KAMI.”

Suara-suara protes anak-anak terdengar riuh. Mereka mempertahankan hak mereka untuk hidup layak. Anita dan Meta pun tak mau kalah mereka juga ikut berdemo. Tapi sayang semua teriakan mereka tak didengarkan oleh para pekerja penghancur yang terus melaksanakan tugas penghancuran.

Bor papan nama telah berhasil dirobohkan. Tapi celakanya papan nama itu ambruk dan mengenai Meta yang berdiri tak jauh dari situ. Seketika Meta langsung jatuh pingsan. Anita menjerit sejadi-jadinya dan ikut pingsan melihat keadaan teman baiknya. Pekerjaan penghancuran pun dihentiakan seketika. Meta dibawa kerumah sakit demi penyembuhan. Anita sadar tak lama setelahnya.

Selanjutnya......................................

Panti asuhan Tri Bakti tak jadi digusur. Semua itu terjadi karena ternyata penggusur panti itu adalah Ayah dari Meta. Saat mendengar bahwa pekerjanya melukai seseorang saat penggusuran. Pak Roy langsung kerumah sakit untuk melihat keadaan korban. Begitu tau siapa korbanya, yang tak lainnya adalah anaknya sendiri pak Roy langsung syok berat dam menghentikan dulu penggusuran.

Meta telah sembuh. Dia meminta ayahnya untuk menghentikan proyeknya. Semua itu demi kelangsungan hidup anak yatim. Hitung-hitung amal juga. Pak Roy menyetujuinya. Baginya yang terpenting adalah kebahagiaan anaknya. Meta gembira bukan main mendengar hal itu. Anita juga ikut bahagia akan hal itu juga.

Kembali.................................

Anita masih terbujur kaku. Udara disekitarnya dirasanya sudah mulai menipis. Dadanya mulai sesak. Jantungnya mulai keras dan cepat berdetak. “ M...a...m...a..., p....a..p...a ma...af..in...se...mu...a...ke...sa...la.....han..A....ni...ta....”nafasnya semakin berat saja.” Sam....pa....i...jum...pa....se...mua......” Anita menarik nafas terakhirnya, lalu dihembuskannya. Matanya terpejam. Mama, Papa dan seluruh keluarga Anita menangis menerima kenyataan bahwa Anita sudah pergi untuk selamanya. Sampai jumpa. Semoga seluruh amal baikmu diterima disisinya. tamat.

Readmore »»